Sunday, December 26, 2010

Unforgetable moment - Halal-bihalal Angkatan 1969 pada tahun 2005

Moving School from Bekasi to Jakarta.

Due to some reasons, I have to move my daughter which was originally the school in the district (kabupaten) in West Java to East Jakarta, DKI Jakarta.

In this moving process, I witnessed the constraints experienced by the parents, so I feel the need to share experiences for constraints can be reduced as small as possible.

Things that less attention, which then could be a problem I will try to convey in detail, so as not to become obstacles in the next process.

  • 1. Letter from the new or destination School;
  • 2. Moving Notice from the current School;
  • 3. Recommendations to Moving School;
  • 4. Letter from the District Education Office;
  • 5. Validation.

1. Destination School or new school.

As parents we must ensure first that we choose a new school, a good note, the name and address of the school referred to, even better if we can get the written evidence in the form of a letter stating that our children will be accepted at the school.

2. Notice Letter.

Create a petition letter to the “Wali Kelas” with copies to the Principal of School and Own file, in addition to the class list, briefly describe a student register number, National Student Register Number. Write down the name and address of the destination schools. Copies or Copy letter from the destination school should be attached. Later the school will issue the Certificate of Move School.

3. Recommendations to Move School;

This letter was published by UPTD (Regional Technical Services Unit) PAUD (Early Childhood Education) /  SD (Elementary School) located at District Level. Before we get must submit a Certificate of Move School, a copy of Student Data and attached a copy of last report and letter of the new or destination school.

4. Letter from the District Education Office.

Equipped with a recommendation of School Move letter from UPTD PAUD/SD we have to go to District Education Office; because my daughter at elementary school, then the destination is the Unit Pendidikan Dasar (Basic Education Unit). From here we will obtain an official letter from the Head of Department of Education current school, addressed to the Head of the Education Department of the destination school.

5. Validation.

Although the letter from Head of Department of Education already in hand, the process was not completed yet, the letter referred to must be accompanied by a Submission Receipt Student Movement, which is more popularly referred to as a letter of validation, because in the letter include the validation of the Alpha-numeric code that consists of 7 digits.

When the five steps are already done as mentioned above, insyaAllah you can be free from the constraints that arise.

Experience over a compendium of good experiences endured by the writer himself and a few other parents who experience obstacles. Because my daughter's school in the district of Bekasi (Lambangsari), then the location UPTD PAUD/SD located in Tambun (South Tambun district) while the Education Department's office locations in the Village Sukamahi, Cikarang District Centre. You can imagine if the need to pace only because the administrative requirements is still incomplete.

With the above explanation hopefully no more parents who have to pace to be able to get a Move School Notice letter from Head of District Education Office which is a requirement to be fulfilled by the (parents) of students will move schools.

The documents in the form letter from the Education Department and its validity, then copy the last report submitted to the principal of destination school. Usually reporting to the Head of the School of Education carried out by officers from the destination school. If do not the parents have to disclose themselves.

Do not forget there are pieces of documents that must be returned to the abandoned school, the sheet document signed by the destination school.


Indonesian Version.



Pindah sekolah dari Kabupaten Bekasi ke Jakarta.

Karena satu dan lain hal, saya harus memindahkan anak perempuan saya yang semula sekolah di wilayah kabupaten di Jawa Barat ke Jakarta Timur, wilayah DKI Jakarta.

Dalam proses pemindahan ini, saya menyaksikan sendiri kendala-kendala yang dialami oleh para orang-tua, sehingga saya merasa perlu membagi pengalaman agar kendala bisa dikurangi sekecil mungkin.

Hal-hal yang kurang diperhatikan, yang kemudian bisa menjadi masalah akan saya coba sampaikan secara rinci, agar tidak menjadi hambatan dalam proses pengurusan nantinya.

  1. Surat dari Sekolah Tujuan;
  2. Surat Pemberitahuan Pindah Sekolah;
  3. Rekomendasi Pindah Sekolah;
  4. Surat dari Dinas Pendidikan Kabupaten;
  5. Validasi.

1. Sekolah Tujuan.

Sebagai orang-tua kita harus memastikan dulu sekolah baru yang kita pilih, catat baik-baik, nama dan alamat  sekolah dimaksud, lebih baik lagi bila kita bisa mendapatkan bukti tertulis dalam bentuk surat yang menyatakan bahwa anak kita bisa diterima di sekolah dimaksud.

2.Surat Pemberitahuan

Buat surat permohonan pindah sekolah diajukan kepada Wali Kelas dengan Salinan kepada Kepala Sekolah dan Pertinggal, disamping mencantumkan kelas, cantumkan juga Nomor Induk Sekolah dan Nomor Induk Sekolah Nasional. Tuliskan juga nama dan alamat sekolah tujuan. Salinan atau Copy surat dari sekolah tujuan sebaiknya dilampirkan. Nanti pihak sekolah akan menerbitkan Surat Keterangan Pindah Sekolah.

3. Rekomendasi Pindah Sekolah;

Surat ini diterbitkan oleh UPTD PAUD/SD  (Unit Pelayanan Teknis Daerah, Pendidikan Anak Usia Dini/Sekolah Dasar) yang berada di Tingkat Kecamatan. Sebelum mendapatkannya kita harus menyerahkan Surat Keterangan Pindah Sekolah dilampirkan copy Data Siswa dan copy Raport terakhir serta Surat dari sekolah baru.

4. Surat dari Dinas Pendidikan Kabupaten

Berbekal Surat Rekomendasi Pindah Sekolah yang diperoleh dari UPTD PAUD/SD kita berangkat menuju Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten; karena anak saya SD, maka yang dituju adalah Unit Pendidikan Dasar. Dari sini kita akan memperoleh surat  resmi dari Kepala Dinas Pendidikan sekolah saat ini, yang ditujukan kepada Kepala Dinas Pendidikan tempat sekolah yang akan dituju..

5. Validasi.

Walaupun surat dari Kepala Dinas Pendidikan sudah ditangan, proses belum selesai, surat dimaksud harus disertai dengan  Tanda Bukti Pengajuan Mutasi Siswa, yang  lebih popular disebut sebagai surat Validasi, karena dalam surat tersebut mencantumkan Kode Validasi  Alpha-numerik yang terdiri dari  7 digit.

Bila ke-lima langkah tersebut sudah dilakukan seperti tersebut di atas, insyaAllah Anda bisa terbebas dari kendala-kendala yang timbul.

Pengalaman di atas merupakan rangkuman pengalaman baik yang dialami oleh penulis sendiri dan beberapa orang-tua lain yang mengalami kendala. Karena  sekolah anak saya di wilayah kabupaten Bekasi (Lambangsari) kemudian lokasi UPTD PAUD/SD berada di Tambun (Kecamatan Tambun Selatan) sementara lokasi kantor Dinas Pendidikan berada di Desa Sukamahi, Kecamatan Cikarang Pusat. Anda bisa membayangkan bila harus mondar-mandir hanya karena persyaratan administrative masih belum lengkap.

Dengan penjelasan di atas mudah-mudahan tidak ada lagi orang-tua yang harus mondar-mandir  untuk bisa mendapatkan surat Keterangan Pindah Sekolah dari Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten yang merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh (orang-tua) siswa yang akan pindah sekolah.

Dokumen-dokumen berupa Surat dari Dinas Pendidikan beserta Validasinya, copy Raport terakhir selanjutnya diserahkan kepada Kepala Sekolah yang dituju. Biasanya pelaporan ke Kepala Dinas Pendidikan wilayah sekolah tujuan dilakukan oleh petugas dari pihak sekolah tujuan. Bila tidak orang tua harus menyampaikannya sendiri.

Jangan lupa ada lembar dokumen yang harus dikembalikan ke sekolah yang ditinggalkan, yaitu lembar dokumen yang ditandatangani oleh pihak sekolah tujuan.

Friday, December 10, 2010

Alert, Achtung...

Next Thursday (December 16, 2010), our national team squad will deal with the Philippine national team.

I just want to remind that the Philippines today, not the same as the Philippines had a net is often used as a barn harvest goals opponents.

After making radical changes in preparing the national team, not half hearted with 8 players competing in the naturalization of experienced European leagues, the Philippines now be counted worthy team in Southeast Asia.

Therefore, do not regard lightly the Philippines, but also do not play too tight, rhythm games like time against Laos may be considered.

Hopefully in a game that will come later passes we had much improvement, so the attacks will become more effective. Playing effectively will also save energy, so stamina throughout the game will be better.

I hope Octo Maniani willing to share the ball with his friends who have a position and better space shoot, football is a team game in which cooperation becomes the key word.

Nasuha or Arif Suyono expected to remain would be a breaking line of opponent defense, I like the spirit of combat, the typical local football players who are not afraid of physical contact, unlike the European league players who "salon style".
El "loco" Gonzalez, Bepe or Irfan still expected to be a regulator of the pattern of an intelligent and effective attack, or help to defending  when necessary.
In a match with the Philippines will hopefully Firman Utina and his friends are not too tense when facing teams like Thailand. Bepe has destroyed the myth that wrong all this time, Thailand as "a team that can not be defeated" made its knees pairs of eyes watched by millions of homeland football lovers .
With the support of fanatic homeland football fans, our national team is expected to remain solid, play relax, but with high spirits and determined to win and most importantly, follow the instructions already given by coach Alfred Riedl that specifically to watch the opponent play to peek at the pattern and strategy of the opponent.
If we can win this two games of semi-final, we should expect us to be better prepared to again face the team that we recognize Vietnam as a team that will not give up so easily.

Indonesian Version:


Waspadalah , waspadalah ….
Kamis depan (16 Desember 2010) squad Timnas kita akan berhadapan dengan Timnas Filipina.
Saya hanya ingin mengingatkan bahwa Filipina saat ini, tidak sama dengan Filipina dulu yang gawangnya sering dijadikan lumbung panen gol lawan-lawannya.
Setelah melakukan perubahan radikal dalam penyusunan Timnasnya, tidak tanggung-tanggung dengan 8 pemain naturalisasi yang berpengalaman berlaga di liga Eropa, sekarang Filipina menjadi tim yang layak diperhitungkan di Asia Tenggara.
Oleh sebab itu, jangan anggap enteng Filipina, tapi juga jangan bermain tegang, irama permainan seperti waktu melawan Laos mungkin bisa dipertimbangkan.
Mudah-mudahan dalam pertandingan yang akan datang nanti passing kita sudah ada perbaikan, sehingga serangan akan menjadi lebih efektif. Bermain efektif juga akan menghemat enerji sehingga stamina sepanjang permainan akan terjaga.
Saya berharap Okto mau berbagi bola dengan teman-teman yang punya posisi dan ruang tembak yang lebih baik, sepak-bola adalah permainan tim dimana kerjasama menjadi kata kuncinya.
Nasuha atau Arif Suyono diharapkan tetap akan menjadi pendobrak barisan pertahanan lawan, saya suka semangat tempurnya, typical pemain sepak-bola local yang tidak takut kontak fisik, tidak seperti pemain-pemain liga eropa yang “mriyayi”.
El ‘loco” Gonzales, Bepe atau Irfan tetap diharapkan bisa menjadi pengatur pola serangan yang cerdas dan efektif, atau membantu bertahan bilamana diperlukan.
Dalam pertandingan dengan Filipina nanti mudah-mudahan Firman Utina dan kawan-kawan tidak terlalu tegang seperti waktu menghadapi tim Thailand. Bepe telah menghancurkan mythos yang keliru selama ini, Thailand sebagai “tim yang tidak bisa dikalahkan” dibuat bertekuk lutut disaksikan oleh jutaan pasang mata pecinta sepakbola tanah air.
 Dengan dukungan fanatic pendukung sepakbola tanah air, diharapkan timnas kita tetap solid bermain rilex, tetapi dengan semangat tinggi dan ngotot untuk menang dan yang terpenting mengikuti instruksi yang sudah diberikan pelatih Alfred Riedl yang secara khusus menonton lawan bertanding untuk mengintip pola dan strategi lawan.
Bila kita bisa memenangkan dua pertandingan semi final ini kita boleh berharap kita menjadi lebih siap lagi menghadapi tim Vietnam yang kita akui sebagai tim yang tidak akan menyerah begitu saja.

 

Tuesday, December 7, 2010

My Garuda - I proud of you !!!


Respect and admiration of our National team squad who are competing in the AFF Suzuki Cup-winning 3 games in a row exhausting.

Maybe I'm just one of the many millions of national football-loving that already feels thirsty of victory, after a long period of famine.

I had witnessed periods of Indonesia's golden era of Bang Is (Iswadi Idris, late) football, I called him like that because he is a cousin of my cousin. My cousin is a cousin of Bang Is from paternal line, while with me from the maternal line.

At that era, red-white team respected in South East Asia, even at the end of the period of his career Bang Is, and became coach in Australia.

In the euphoria that was going on lately, I'm just worried about the emergence of the excessive euphoria which would prejudice our own team, in the pseudo-victory that will eventually hurt us at the end.

My attitude is critical, had invited the "anger" of a cousin who was in her face book account threatened to pinch me on the first occasion when she met me.
I was just reminded that there is still much space for improvement in red-white team if you want to restore the glory.

Without diminishing my respect to all players, coaches and officials PSSI, there are basic things that still need to be addressed, for example:

• Passing is still weak, more than 50% are not on target, unlike the beautiful Malaysian team with long passing balls, the also Thailand team;



  • Team Work not solid yet, particularly the case when Okto had the ball, he always wanted to master and perform a direct kick to the opposing goal, but if he wants to share it is possible the results would be different: he vigorously but probably still too young, not much experience, still have much to learn. Unlike the senior players with rich experience of Thailand, who scored a beautiful goal into the wicket of Markus from a difficult position, but still yielded a goal with a kick of his style of Kick-Boxer, only players with talent and high flying hours that can do it.

• Champion Mentally has not appeared, in a game with a team-white elephant we only got to "play" first 8 minutes only. "Lose-Mental" because of the specter of our "always-lose"? Or are there other causes? What is clear we are much dictated the match.

• Fighting Spirit must continue to be forged, the spirit insisted only appear on 2 the first game, I honestly feel amazed at the time. Unfortunately the persistent it does not seem to play against a team time-and-white elephant. What is clear Irfan Baldim made powerless, he died in a fight like this style. Instead I applaud the local player Arif Suyono, who with his persistency, breaking Thai defense that allows the emergence of two "penalty-gift."

In spite of these shortcomings, I remain proud of and hopefully the players and coaches soon realized this shortcoming because I see 4 items had been owned by Vietnam Team, which is when its time of bang Is, the Vietnam football team is still not nothing.

Mas Bepe, Maman, Markus you have saved the team from defeat and exit from the "curse of never winning opponent Thai"; Aris we are proud to have persistent players like you.Octo-don't dare your own fun, learn to share; Irfan enjoy your game, this is Asia soccer-ball style, is different from European- salon style, El "Loco" Gonzalez and other friends on your shoulder lies hope you all Indonesian football lovers.

Stay glory my garuda.


Indonesian Version: 



Hormat dan kagum pada kesebelasan Tim Nasional kita yang sedang berlaga di piala Suzuki-AFF yang telah memenangi 3 pertandingan melelahkan secara berturut-turut.

Mungkin saya cuma salah satu dari sekian juta pencinta sepakbola tanah air yang sudah merasa haus kemenangan, setelah mengalami masa paceklik yang panjang.

Saya sempat menyaksikan masa-masa keemasan sepakbola Indonesia di jamannya bang Is (Iswadi Idris, Alm), saya memanggilnya seperti itu karena dia adalah sepupu dari sepupu saya. Sepupu saya ini adalah sepupu bang Is dari pihak ayah, sementara dengan saya dari garis ibu.

Rasanya jaman itu tim merah-putih kita disegani di Asia Tenggara, malahan pada ujung masa karirnya bang Is sempat menjadi pelatih di Australia.

Dalam euphoria yang sedang terjadi akhir-akhir ini, saya hanya mengkhawatirkan timbulnya euphoria yang berlebihan yang justru akan merugikan tim kita sendiri, larut dalam kemenangan-semu yang pada akhirnya akan merugikan kita.

Sikap saya yang kritis ini, sempat mengundang “kemarahan” seorang sepupu yang dalam account facebooknya mengancam akan mencubit saya pada kesempatan pertama kalau dia bertemu saya.

Saya cuma mengingatkan, bahwa masih banyak space for improvement pada tim-merah putih kalau ingin mengembalikan kejayaannya.

Tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada seluruh pemain, pelatih dan para petinggi PSSI, ada hal-hal dasar yang masih perlu dibenahi, misalnya:

  • Passing kita masih lemah, lebih dari 50% tidak tepat sasaran; berbeda dengan tim Malaysia yang cantik dengan bola-bola panjangnya, juga tim Thailand;
  • Team Work belum padu, terutama  terjadi bila Okto menguasai bola; dia selalu ingin menguasai dan melakukan tendangan langsung ke gawang lawan, padahal kalau dia mau berbagi ada kemungkinan hasilnya akan berbeda; dia penuh semangat tapi mungkin masih terlalu muda, belum banyak pengalaman, masih harus banyak belajar. Berbeda dengan pemain senior Thailand yang kaya pengalaman, goal indah yang dilesakkan ke gawang Markus dari posisi yang sulit, tapi tetap membuahkan goal dengan tendangan ala Kick-Boxer nya, hanya pemain dengan talenta dan jam terbang tinggi yang bisa melakukannya.
  • Mental Juara belum nampak,dalam pertandingan dengan tim gajah-putih kita hanya sempat “main” 8 menit pertama saja.  “Kalah-Mental” karena momok kita “selalu-kalah” ? atau ada sebab-sebab lain? Yang jelas kita banyak didikte dalam pertandingan tersebut.
  • Fighting Spirit harus terus ditempa, semangat ngotot hanya tampak pada 2 pertandingan pertama; saya jujur merasa kagum waktu itu. Sayang ke-ngototan itu tidak tampak pada waktu bertanding melawan tim gajah-putih. Yang jelas Irfan Baldim dibuat tidak berdaya, dia mati gaya dalam laga seperti ini. Justru saya salut pada pemain lokal Arif Suyono, yang dengan kebandelannya dia mengobrak-ngabrik pertahanan Thailand yang memungkinkan timbulnya  dua “hadiah penalty”.

Terlepas dari kekurangan-kekurangan tersebut, saya tetap bangga dan mudah-mudahan pemain serta pelatih segera menyadari kekurangan ini karena saya melihat 4 butir tadi sudah dimiliki oleh Tim Vietnam, yang ketika jamannya bang Is, kesebelasan Vietnam masih belum apa-apa.

Mas Bepe, Maman, Markus Anda telah menyelamatkan tim dari kekalahan dan keluar dari “kutukan tidak pernah menang lawan Thailand”; Aris kami bangga punya pemain bernyali seperti Anda.Octo-jangan asyik sendiri, belajarlah berbagi;  Irfan enjoy your game inilah sepak-bola Asia berbeda dengan gaya salon Eropa; El “Loco” Gonzales dan teman-teman lainnya dipundak Anda semua terletak harapan pecinta sepakbola Indonesia.

Tetap jaya garudaku.

The Hero from Singaparna - KH Zainal Mustofa.




K.H. Zainal Mustofa.
National Hero from Singaparna.



K.H. Zainal Mustofa.
Pahlawan Nasional dari Singaparna.



Born with a nickname as Hudaemi or called as Umri, in a small villageCikembang in “kawedanaan” (territory under the district) Singaparna, Tasikmalaya chronicle in the year AD 1907.

Since the age of 10 years, Hudaemi has seen interest to explore the religious sciences of Islam. In addition to studying at public schools, young Umri  also “nyantri “ to several people that qualified religious scholars of his day. At school he was among the students who stand out. At age 12, he had memorized the Quran and science Nahwu-Sharaf.

After graduating from public schools (or elementary school), Umri continue his education to some of the leading “pesantren” (traditional Islamic boarding school) of that era such as in boarding-school Gunungpari, Cilenga, Sukaraja, Sukamiskin and Jamanis.

At the age of 20 years (1927 AD), a young Umri founded the boarding school in Kampung Pondok Pesantren Cikembang by Name Sukamanah (village name is changed according to the name of the boarding school which he founded) on the land endowments and grants for homes, mosques and life provision of a philanthropist widow the late waAlmagfur laha Hj. Siti Juariah.

Upon their return pilgrimage to Mecca, Hudaemi or Umri changed his name as H. Zainal Mustofa, a custom prevailing at that time.

Provided with the Elementary School diploma and sciences which he achieved from some pesantrens for 17 years with his cousin KH. Zainal Muhsin Rahimahullah (Founder of Sukahideung School in 1922 AD by wakaf land and generous grants from a same widow), he leads this boarding school for approximately 17 years. With a diligent, sincere and full of spirit he educate and teach the santri. At that time the number of students who boarded in 6 dormitory about 600 people and unboarded more numerous. Within a dozen years he managed to score the santri clever and charity, independent and able to disseminate knowledge that has been held in various places and their hometown.

Because of religious lectures that do are considered to attack the colonial government policies of that era, with charges of spreading hostility among the people in government who are in power, the Dutch captured and imprisoned in Sukamiskin jail are then transferred to a prison in Ciamis.

During the Japanese occupation, peace and tranquility of this Sukamanah boarding school to be disturbed by the challenge and the pride of the Japanese invaders that require residents every morning bowed towards the sun rises to honor the Ra Sun God which of course this is contrary to the aqidah he believed. KH Zainal Mustofa oppose these command openly.

Of course this attitude of defiance, make the Japanese government's wrath and sent a messenger to pick up KH Zainal Mustofa.

But the "messenger" who was assigned to pick up him, "finished off" by the young men who were loyal to him, which of course then angered the Japanese.

Sukamanah besieged from all directions, involving no fewer than 11 companies, equivalent to a fully armed regiment. This does not make the santris are loyal to him to be fearless, but instead evoke the spirit of Jihad and courage so that KH. Zainal Mustofa and his santris fight with all the ability and strength at that time, only with bamboo swords and sharpened bamboo spears that with full confidence and reliance on Allah the Almighty, there was fierce fighting on 1 Rabi’ul Awal 1363 H / 25 February 1944 M after Friday’s Pray. Killed on the battlefield of the martyrs of Sukamanah as many as 86 people.

Due to the power imbalance, this bloody battle only lasts about 2 hours. As for KH. Zainal Mustofa along with some of his followers were also arrested that day and it is unknown where and where they are located.

Praise to Allah and His grace, thanks to his students (of the late KH Zainal Mustofa) named Colonel Drs. H. Syarif Hidayatullah, KH. A. Muhsin Wahab, KH. Muh. Fuad Muhsin, KH. Muh. Syihabuddin Muhsin (Rahimahumullah), H. Utang Affandy and other prominent figures to do the search for a long time, and it was found that under Dutch Ereveld Office documents in Ancol Jakarta, it found out he and his colleagues at first imprisoned in Tasikmalaya, then moved to Cipinang prison in Jakarta. He and his loyal 17 people followers executed and died as martyrs on October 25, 1944 somewhere in North Jakarta coast.

Then on August 25, 1973  mortal remains and 17 people his loyal followers are on the move to the Heroes Cemetery Sukamanah.

KH Zainal Mustofa was awarded the title of National Hero through Presidential Decree No. 064/TK 1972 November 20, 1972.

He is listed as one of the national hero whom fought against the tyranny of occupation derived from the pesantren.

wakaf = property donated for religious or community use
santri = student at traditional Muslim boarding school.
pesantren = typical Muslim boarding school.
Kabupaten = district, part of province


Indonesian Version:


Terlahir dengan nama kecil Hudaemi dan nama panggilan sehari-hari Umri, di sebuah desa kecil Cikembang di kawedanaan Singaparna, Tasikmalaya pada tahun tarikh Masehi 1907.

Sejak berusia 10 tahun sudah terlihat minat Hudaemi untuk mendalami ilmu-ilmu agama Islam. Selain menimba ilmu di sekolah umum, Umri kecil juga nyantri kepada beberapa orang kyai yang mumpuni pada jamannya. Di sekolahnya dia termasuk murid yang menonjol. Pada usia 12 tahun, dia sudah hafal Al-Qur’an serta ilmu nahwu-sharaf.

Setelah lulus sekolah rakyat, Umri melanjutkan pendidikannya ke beberapa pesantren terkemuka pada jaman itu diantaranya di pesantren Gunungpari, Cilenga, Sukaraja, Sukamiskin dan Jamanis.

Pada usia 20 tahun (1927 M), Umri muda mendirikan Pondok Pesantren di Kampung Cikembang dengan Nama Pondok Pesantren Sukamanah (nama kampung tersebut berubah sesuai dengan nama Pesantren yang beliau dirikan) di atas tanah wakaf dan hibah untuk rumah, mesjid dan bekal hidup dari seorang janda dermawan Almarhumah waAlmagfur laha Hj. Siti Juariah.

Sepulangnya menunaikan  ibadah haji, Hudaemi atau Umri mengganti namanya sebagai H. Zainal Mustofa, suatu kebiasaan yang  berlaku pada masa itu

Dengan berbekal Ijazah Sekolah Rakyat dan ilmu-ilmu yang diraihnya dari beberapa Pesantren selama 17 tahun bersama kakak misannya KH. Zainal Muhsin Rohimahulloh (Pendiri Pesantren Sukahideung tahun  1922 M dengan tanah wakap dan hibah dari seorang janda dermawan yang sama), beliau memimpin Pesantren ini selama kurang lebih 17 tahun. Dengan tekun, tulus dan penuh semangat beliau mendidik dan mengajar para santrinya. Saat itu jumlah santri yang diasramakan dalam 6 asrama sekitar 600 orang dan yang tidak diasramakan jumlahnya lebih banyak.  Dalam tempo belasan tahun tersebut beliau berhasil mencetak para santrinya berilmu dan beramal, mandiri dan sanggup menyebarluaskan ilmu yang telah dimilikinya di berbagai tempat dan kampung halamannya. 

Karena dalam ceramah-ceramah keagamaan yang dilakukannya dianggap menyerang kebijakan pemerintah kolonial pada jaman itu, dengan tuduhan telah menyebarkan sikap bermusuhan di kalangan masyarakat pada pemerintah yang sedang berkuasa maka Belanda menangkap dan memenjarakannya di penjara Sukamiskin yang kemudian memindahkannya ke penjara di Ciamis.

Selama pendudukan Jepang, ketenangan dan ketentraman Pesantren Sukamanah ini menjadi terganggu dengan tantangan dan kecongkakan Penjajah Jepang yang mengharuskan penduduk setiap pagi membungkuk kearah matahari terbit untuk menghormati Ra Dewa Matahari yang tentu saja hal ini sangat bertentangan dengan aqidah yang diyakininya. KH Zainal Mustofa menentang perintah tersebut secara terang-terangan.

Tentu saja sikap pembangkangan ini membuat pemerintah Jepang murka dan mengirim utusan untuk menjemput KH Zainal Mustofa.

Tetapi “utusan”  yang ditugaskan untuk menjemput ini, “dihabisi” oleh pemuda-pemuda yang setia kepadanya, yang tentu saja kemudian mengundang kemarahan pihak Jepang.

Sukamanah dikepung dari berbagai arah, melibatkan tidak kurang dari 11 kompi, setara dengan 1 resimen bersenjata lengkap. Hal ini tidak membuat para santri yang setia padanya menjadi gentar, tetapi malahan membangkitkan semangat Jihad dan keberanian sehingga KH. Zainal Mustofa beserta para Santrinya melawan dengan segala kemampuan dan kekuatan yang dimilikinya saat itu; hanya dengan pedang bambu dan bambu runcing yang ditajamkan dengan keyakinan dan ketergantungan penuh kepada Alloh Yang Maha Kuasa terjadilah pertempuran sengit pada tanggal 1 Rabi’ul Awal 1363 H /25 Pebruari 1944 M ba’da jumat.Gugur di medan tempur dari pihak Sukamanah sebagai Syuhada sebanyak 86 orang.

Karena  kekuatan yang tidak seimbang, pertempuran berdarah ini hanya bisa bertahan sekitar 2 jam saja. Adapun KH. Zainal Mustofa beserta sebagian pengikutnya pada hari itu juga ditangkap dan tidak diketahui ke mana dan di mana mereka berada.

Alhamdulillah berkat Rahmat Allah dan KaruniaNya santri-santri Almarhum bernama Kolonel Drs. H. Syarif Hidayatullah, KH. A. Wahab Muhsin, KH. Muh. Fuad Muhsin, KH. Muh. Syihabuddin Muhsin (Rahimahumullah), H. Utang Affandy dan tokoh tokoh lainnya melakukan upaya pencarian dalam waktu yang lama, dan akhirnya diketahui berdasarkan dokumen Kantor Ereveld Belanda di Ancol Jakarta, ternyata beliau dan rekan-rekannya pada mulanya dipenjarakan di Tasikmalaya, lalu dipindahkan ke penjara Cipinang-Jakarta. Beliau dan 17 orang pengikut setianya dieksekusi dan gugur sebagai syuhada pada tanggal 25 Oktober 1944 disuatu tempat di pantai Utara Jakarta.

Kemudian pada tanggal 25 Agustus 1973 jenazah beliau dan 17 orang pengikut setianya tersebut di pindahkan ke Taman Makam Pahlawan Sukamanah.    

KH Zainal Mustofa dianugerahi predikat Pahlawan Nasional memlalui SK Presiden R.I No. 064/TK tahun 1972 tanggal 20 Nopember 1972.

Beliau tercatat sebagai salah satu pahlawan nasional yang berjuang melawan tirani penjajahan yang berasal dari lingkungan pondok pesantren.


Saturday, December 4, 2010

Mulasara Seni Sunda

The Big Family of Ama Ocid

Note:
According to our reference that Rd. Abdul Rosjid (1905 - 1980) is one of grandsons of  Rd. Abdussalam (1830) or one of son of Rd. Ahmad Djibdjapura (1885).


The Family Tree
(took from man-side, start from Dalem Aria Wangsagoparana)


 Dalem Aria Wangsagoparana


Dalem Aria Judanegara
Nyi Mas Ayu Purbawati

 
Raden Rangga Judasasana
Nyi Mas Arti Arsakusumah


Raden Sumadinata (1725)

Raden Sumadipradja (1770)
Nyi Mas Gandawari


Raden Djibdjadipura (1802)
Nyi Mas Atjah

Raden Abdussalam (1830)
Nyi Mas Djusiah

 
Raden Ahmad Djibjapura (1885)
Ratu Halimah

 
Abdul Rosjid (1905-1980)
Siti Rubiah (1913-2000)