Saturday, August 27, 2011

WASIAT UNTUK ANAK-ANAK DAN ISTERIKU.


Jam 20.00 ketika kami sedang melakukan shalat tarawih, isteri saya mendapat kabar duka dari seorang sahabatnya yang mengabarkan bahwa suaminya baru saja meninggal dunia.

Tentu saja berita ini sangat mengejutkan, mengingat secara syariat, sang suami usianya relatif jauh lebih muda dibanding dengan usia saya.

Tetapi momen keterkejutan ini justru ingin saya manfaatkan sebaik-baiknya untuk mengingatkan keluarga saya bahwa, " Semua mahluk hidup akan mengalami mati ". Kita tidak pernah tahu kapan kita akan mati, oleh sebab itu, seorang yang beriman seharusnya kapan saja "siap" untuk mati, karena peristiwa itu adalah hak prerogative Sang Khalik yang tidak bisa diganggu gugat.

Sekalipun dalam setiap kesempatan berdo'a, saya selalu memohon kepadaNya untuk diberi kesempatan untuk meng-imami mereka, sampai mereka dapat imam yang lebih baik dari pada saya, yaitu suami yang akan membimbingnya menuju syurga yang Allah janjikan.

Pada kesempatan ini, saya kutipkan cerita Lukman Al-Hakim yang berwasiat kepada puteranya, " Hai puteraku, ketahuilah bahwa aku telah berkhidmat kepada 400 nabi dan aku  telah mendapatkan 4.000 kata hikmah dari mereka, dan dari 4.000 kata hikmah tersebut aku pilih 400, dan dari 400 itu aku pilih 40 kata, dan dari 40 kata aku ambil 8 kata hikmah, dan 8 kata hikmah tersebut ialah :

" LUPAKAN DUA HAL, jangan lupakan dua hal lainnya, dan jaga 4 hal. Adapun dua hal yang harus engkau lupakan adalah hendaknya kau lupakan PERBUATAN BAIKMU kepada seseorang dan yang kedua, hendaknya kau lupakan PERBUATAN BURUK ORANG LAIN terhadapmu ".

" Adapun dua hal yang TIDAK BOLEH kau LUPAkan, pertama adalah ALLAH. Janganlah sekali-kali engkau melupakan-Nya (sebab semua maksiat timbul dari lalai dan lupa kepada Allah) dan yang kedua adalah KEMATIAN, sebab pada saat manusia yakin bahwa dirinya akan mati, ia pasti akan mempersiapkan bekal bagi perjalanan akhirnya itu ".

Adapun empat hal yang harus selalu engkau jaga:

# Pertama JAGALAH MATAMU, ketika sedang bertandang ke rumah orang.
# Kedua JAGALAH LIDAHMU, ketika kamu berada di tengah-tengah masyarakat.
# Ketiga, JAGALAH MULUTMU, dari makanan yang haram.
# Keempat, ketika Shalat JAGALAH HATIMU, hanya untuk Allah, janganlah engkau palingkan kepada selain-Nya ".

(Dikutip dari Buku Dr. Haidar Bagir: Buat Apa Shalat?)



Tuesday, August 2, 2011

BERKEMAH DI SITU GUNUNG.

Tulisan ini dibuat oleh: Luqyana Nesia_Kelas VIA_SD Negeri 04 Pagi, Cipinang Melayu_Jakarta Timur.
Untuk memenuhi Tugas Bahasa Indonesia, semester 1.

Pada saat liburan, aku dan keluargaku termasuk di dalamnya paman, bibi dan sepupuku berkemah ke Situ Gunung, Kadudampit dekat Cisaat - Suka Bumi.  

Kami berangkat menggunakan 2 mobil. Sebelum melanjutkan perjalanan di Tol Jagorawi, kami keluar dulu di Cibubur untuk menunggu keluarga Om Jajang yang datang dari arah Depok. Beberapa lama kemudian, keluarga Om Jajang datang, kami pun melanjutkan perjalanan ke Suka Bumi.

Dalam perjalanan ke Suka Bumi, waktu sudah menunjukan jam 6 sore. Pada saat itu, jalanan menjelang Lido macet. Kami pun sepakat untuk melewati jalan alternatif.

Ternyata  jalan alternatif itu, penerangannya kurang, jalanan sempit, dan juga berliku-liku. Bila ada mobil yang berpapasan, kita harus sabar menunggu cukup lama sampai jalanan bisa dilewati dengan aman.

Setelah beberapa jam perjalanan, kami sampai di jalan utama lagi. Pada saat itu, jam sudah menunjukan sekitar jam 19:30.

Pada akhirnya kami sampai juga di Situ Gunung. Saat itu jam sudah menunjukkan pukul 22:30. Kami pun segera mengeluarkan semua peralatan dan bekal dari mobil di bawa ke lokasi lalu mendirikan kemah. Setelah semua tenda terpasang, kami pun bersiap-siap untuk tidur. Hari yang cukup melelahkan.

Esoknya setelah kami sarapan, kami berjalan-jalan ke Danau Situ Gunung. Pemandangan di sana cukup indah. Di sana kami berfoto sambil ngobrol-ngobrol. 

Setelah puas berfoto kami kembali ke tempat perkemahan, Om Jajang mengadakan Game, Game yang pertama adalah bermain Pavilion, dan yang keluar sebagai pemenang adalah Tante Dini. 

Setelah game yang pertama selesai, dilanjutkan dengan game yang kedua, yaitu Menggambar. Di game ini, peserta harus menggambar wajah juri. Kertas diletakkan di atas dada/perut peserta yang berdiri menghadap Juri. Pandangan peserta lurus ke depan, tidak boleh menunduk melihat gambar. Saat selesai, jurinya menampilkan hasil gambar-gambar para peserta. Semuanya tertawa terpingkal-pingkal saat melihat hasil gambarnya masing-masing. 


Setelah selesai game kedua, kami makan siang. Setelah makan siang, kami pun beristirahat sebentar. Ada yang tidur-tiduran, main game di laptop, sambil mendengarkan musik.

Hari sudah semakin  sore kami pun mandi secara bergantian karena, kamar mandinya terbatas, harus bergantian dengan peserta kemah dari kelompok/keluarga lainnya.

Setelah semuanya mandi, kami melanjutkan game berikutnya. Di game yang ketiga ini kami hanya disuruh menjawab pertanyaan tentang silsilah keluarga nenek dan kakek. Saat dibacakan jawabannya, kami semua tertawa. Jawabannya lucu-lucu. 

Setelah selesai game yang ketiga, dilanjutkan ke game keempat atau game yang terakhir.

Selesai bermain game, saatnya untuk makan malam. Lalu dilanjutkan dengan acara bakar-jagung.

Jam sudah menunjukan jam 10 malam. Saudara-saudara yang lain sudah tidur dan yang diluar tenda tinggal aku, Nico sepupuku dan Tante Elly. Diluar kami bercerita-cerita saja sampai sekitar jam setengah 12. 


Besoknya, setelah sarapan kami langsung mandi karena hari ini kami mau pulang ke rumah masing-masing. Setelah kami semua mandi, kami berkemas dan membersihkan bekas lokasi perkemahan dari sampah dan bekas kemasan, sesuai tata-tertib yang berlaku di semua Camping Ground.


Sebelum kami pulang, kami sempat jajan dan berfoto  dulu disekitar pintu masuk Camping Site Situ Gunung. 


Setelah itu, kami memasukan barang-barang ke mobil, rombongan dibagi dua, tujuan Depok dan Bekasi.

Kami pulang melewati jalan yang sama dengan waktu berangkat tetapi tanpa macet dan tanpa harus melewati jalan alternative yang berliku.

Diperjalanan pulang suasana dalam mobil sepi, karena semua kelelahan, hanya ayahku yang harus tetap terjaga, karena ia bertindak sebagai ‘pilot’.

Kami tiba kembali di Bekasi menjelang waktu Maghrib.

Situ Gunung, we’ll be back …

(Baca juga tulisan yang menginspirasi tulisan ini, "Camping itu Asyik ..." ).

Monday, August 1, 2011

ALBOEM KELOEARGA JAMAN DOELOE

Ini photo emak, waktu masih 'sehat', maksudnya sebelum kena stroke, photo ini diambil sekitar tahun 1970an (?, tolong dikoreksi kalau salah).


Nah yang ini, waktu piknik ke Ancol, gaya photonya seperti 'wayang-golek' yang dijejer di batang pisang; begitulah zaman itu.





The Smiling Hero, beliau adalah pahlawan bagi kami, khususnya buat saya, beliau yang memungkinkan kami keluar dari kebodohan. Saya selalu memanjatkan do'a baginya, mudah-mudahan Allah menempatkan beliau (dan juga isterinya) mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT.




Ini adalah kakak Bapak yang selalu saya sebut-sebut 'picontoeun', selalu membantu saudara dalam keadaan beliau dibutuhkan. Waktu beliau masih sehat, bahu-membahu ikut membangun rumah yang kami tinggali, mulai rumah yang pertama hingga rumah yang terakhir. Waktu kami kecil, kami mengaguminya sebagai 'Hercules'; sementara kakak Bapak yang satunya bertindak sebagai 'Arsitek'. Sayang photo beliau belum bisa ditampilkan.







Uwa ini, kakak Bapak persis, waktu saya SMP di Singaparna, saya tinggal bersama beliau, sementara orang-tua dan adik-adik sudah kembali ke Jakarta.







Adik perempuan kami yang pertama, Allah telah memanggilnya terlebih dahulu. Sempat berkeluarga dan meninggalkan dua anak laki-laki dan dua anak perempuan.





Saudaral laki-laki nomor tiga, kalau tidak salah photo ini diambil di Kampus IKJ atau di Youth Assembly Hall of North Jakarta, menjelang pementasan ?










Gaya rambut, celana Cut Bray dan sepatu kulit High Heel, yang sedang populer waktu itu. Inilah gaya 70an.



Saudara laki-laki nomor 4 dan 11, menurut catatan photo ini diambil tahun 1979.






Kumpul di meja makan, emak, saudara laki-laki nomor 4 (kaus putih), nomor 6 (kaus merah) dan saudara perempuan ke 2 atau nomor tujuh.



Photo ini diambil di rumah Jatimurni, Pondok Gede, ada saudara perempuan nomor 3 (atau nomor urut 8), nomor 2 (atau nomor urut 7; kayak daftar calon Legislatif ajah ?) dan saudara laki-laki nomor 10.
                                                                                                                                                 
Saudara laki-laki nomor 2 berphoto waktu saudara nomor 10 di wisuda sebagai arsitek.
Saudara nomor 10 dan nomor 6 yang sama-sama hobby cycling berphoto pada suatu kesempatan.

Kami masih terus mencari photo-photo dokumentasi untuk melengkapi  posting berjudul "Kisah Tentang Keluarga nan Besar, Iing Suwarli's Family"