Monday, October 10, 2011

FIND YOUR WAY HOME .../MENCARI JALAN PULANG ...


After no longer 'bind' themselves to any institution, because there are no institutions that want to 'bend’ him or considered that Bro Wahid should pension, that he was a medicine doctor  at  his youth  in the clinic in a remote places, so entering a period of ‘after completed his jobs’  to have plenty of time to contemplation with God.

This attitude is paradoxial of human attitudes, in general are feeling left out, slighted (even though his experience more than qualified) and are considered useless when entering retirement age.

He even began to write and perform an avid study of modern medical science approaches to science tassawuf. As we knew, to get a doctors degree are hard as hell, plus an understanding of science instead of suffi.

When there is a family that already elderly and had to wash the blood of 2 x in a week-due to renal failure, experienced tremendous anxiety, one of his daughter commented: "Oh, the usual symptoms, if levels of  Ureum is high can be like that", when his daughter it's not a doctor.

But when I told the above experience  to the doctor that who was 'learning' tassawuf before, he commented on it as a story that I described below: 


It's very common when someone dies-, we say Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun which means the origin of God back to God.

In free translation back to the origin, returned to Rahmatullah. Deeper meaning, the body that comes from the soil back into the ground, his soul may be acceptable in God's grace.

In fact the deceased was called Almarhum, which means 'the loved'.

The truth? either: only the Qur'an mentioned that the return of the human spirit that has joined with the passions into a sense the opposite of the supernatural nature (Malakut).

Spirit of the dead man wanted to come back again to the as if not memorized the way back to the nature of God. Seeing the bodies that have been helpless, even rotting maggots devoured, leaving only a mere skeleton.

Spirit that 'controlled by desires' into a sense, living in nature spirits, as long as life in the world do not find a way back to God, they just wanted to know Heaven and did not want to go to Hell.

Whereas in the sentence Inna lillahi Wainna Ilaihi Rajiun, the origin of God back to God, so before the syurga have to go to God first, then let God determine their placement on heaven or hell depending on the ma'rifat and amaliah during his lifetime.

When convert to Islam also pass through stages, a faith-tawhid-ma'rifat-convert to Islam, saying two sentences creed or perform other pillars of Islam.

In faith must implement that six pillars of faith and Tawhid intact until the Verification/Tahqiq or Haqul-Yaqin.

Reading the Holly Qur'an not just read the verses printed on paper but have to examine its contents and run the command, because it only records the prophet sayings written by the companions Umar and Ustman at ancient times.
The important thing must be introspective self-reflection, in order to meet his God first, because it is a glorious Quran is ourselves.

“ Iqra Kitabaka Kafa Binafsika Alyaoma Alika Hasiba…”

Meaning: You must read the book of the eternal, that is in you and more real life that God is within you, eyesight, hearing, speech is within you ... "

“ Man Arafa Nafsahu Faqad Arafa Robbahu …”.

It means: He who knows himself, surely he knows his Lord.

(The 1st posting from 2 Post)


Indonesian says: 

MENCARI JALAN PULANG ...



Setelah tidak lagi 'mengikatkan' diri ke institusi manapun, karena tidak ada lagi institusi yang mau 'mengikat'nya alias sudah dianggap harus 'masuk-kotak'_kang Wahid yang dulu waktu mudanya adalah seorang dokter di puskesmas di tempat terpencil, begitu memasuki masa purnabaktinya menjadi punya banyak waktu untuk berkontemplasi dengan Tuhan.

Sikap ini merupakan paradoksial dari sikap manusia pada umumnya yang merasa tersingkir, diremehkan (padahal pengalamannya mumpuni)dan dianggap tak berguna lagi ketika memasuki masa pensiun.
Beliau malah mulai keranjingan menulis dan melakukan kajian pendekatan ilmu kedokteran modern dengan ilmu tassawuf. Jadi dokter saja susahnya setengah mati, malah ditambah pemahaman tentang ilmunya para suffi.

Waktu ada seorang keluarga yang sudah sepuh dan sudah harus cuci darah 2 x dalam seminggu karena gagal-ginjal, mengalami kegelisahan yang luar biasa, salah seorang anaknya berkomentar : “ Oh itu gejala biasa, kalau kadar Ureum sedang tinggi bisa seperti itu “, padahal puterinya itu bukan seorang dokter.

Tetapi waktu saya ceriterakan pengalaman saya tersebut kepada kawan saya yang dokter yang sedang ‘belajar’ tassawuf tadi, beliau mengomentarinya seperti cerita yang saya paparkan di bawah ini: 

Sudah umum kalau ada yang meninggal-dunia, kita mengucapkan Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun yang artinya asal dari Allah kembali ke Allah.

Dalam terjemahan bebasnya kembali ke asal-muasal, kembali ke Rahmatullah. Arti yang lebih dalam, jasad yang berasal dari tanah kembali menjadi tanah, ruhnya semoga diterima berada dalam Rahmat Allah.

Malahan yang sudah meninggal itu disebutnya juga Almarhum, yang artinya ‘Yang disayang’.

Kenyataannya ? entah; hanya dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa kembalinya ruh manusia yang sudah bergabung dengan hawa nafsu menjadi rasa sebaliknya yaitu ke alam ghaib (Malakut).

Ruh manusia yang meninggal itu ingin kembali lagi ke dunia seakan tidak hafal jalan kembali ke alam Allah. Melihat jasad yang sudah tak berdaya, malahan busuk habis dimakan belatung hanya menyisakan tulang belulang belaka.

Ruh yang ‘dikuasai hawa nafsu’ menjadi rasa, berdiam di alam arwah, karena selama hidup di dunia tidak mencari jalan kembali ke allah, mereka hanya tahu inginnya ke syurga dan tak ingin ke neraka.

Padahal dalam kalimat Inna Lillahi Wainna Ilaihi Rajiun, asal dari Allah kembali ke Allah, jadi sebelum ke Syurga harus ke Allah dahulu, nanti biar Allah yang menentukan penempatannya di syurga atau neraka tergantung ke ma’rifatannya dan amaliah semasa hidupnya.

Waktu masuk Islam juga melewati tahapan, yaitu iman-tauhid-ma’rifat-masuk islam-mengucapkan dua kalimat syahadat atau melaksanakan rukun islam lainnya.

Dalam iman harus melaksanakan rukun iman yang 6 secara utuh serta Tauhid sampai Tahqiq atau Haqul-Yaqin.

Membaca Al-Qur’an bukan sekedar membaca ayat-ayat yang tertera di atas kertas tapi harus dengan menjalankan  isinya, sebab itu hanya catatan ucapan nabi yang ditulis oleh para sahabat Umar dan Ustman dahulu.

Yang penting harus berkaca agar ketemu Allahnya dulu, sebab Qur’an yang agung itu adalah diri kita sendiri.

“ Iqra Kitabaka Kafa Binafsika Alyaoma Alika Hasiba…”

Artinya: Kamu harus baca kitab yang abadi, yang ada dalam dirimu dan lebih nyata hidupnya Allah itu ada dalam dirimu, penglihatannya, pendengarannya, ucapannya ada dalam dirimu …”

" Man Arafa Nafsahu Faqad Arafa Rabbahu ..."

Artinya: Barang siapa yang tahu akan dirinya, pasti ia tahu akan Tuhannya.

(Posting pertama dari 2 Posting).

1 comment:

  1. Tanggapan sang sohib atas kuliah qolbuniah ajengan Abdulquddus yang diedit oleh saya sudah saya baca. Sebuah tanggapan yang nyambung dan terukur. Mencerminkan sang komentator mengomentarinya bukan lahir dari kecerdasan otak belaka, namun juga lahir dari kecerdasan emotio-spiritual. Mudah mudahan kedepan kita diberi kemampuan oleh Tuhan YHE menyumbangkan sekelumit kiprah buat anak bangsa ( ummah ) dalam rangka mencoba menjadi bagian dari khalifatullah_filardh / rahmatan lilalamin. Allohu waliyut taufiq wal inayah. Aamin. dr.Abdulwahied (nama samaran ).

    ReplyDelete