Manusia, cenderung berbuat hina, karena manusia adalah makhluk yang selalu membuat keonaran dan pertumpahan darah.
Kutipan surat Al Hijr 15:28-29,
“ Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu ber firman kepada para malaikat: “ Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.”
Firman Allah di atas adalah penjelasan dari peristiwa kejadian manusia; di mana para makhluk baik malaikat maupun syaitan mempertanyaan kebijakan Allah yang akan menciptakan manusia, yang menurut pandangan para malaikat adalah makhluk yang selalu membuat keonaran dan pertumpahan darah, seperti disebutkan dalam QS 2: 30.
Tidak heran bila syaitan dengan sengitnya memprotes kedudukan manusia yang dipandang rendah, yang hanya diciptakan dari unsur tanah yang hina, dibandingkan dengan syaitan yang diciptakan dari api.
Jadi apabila kita jumpai disekeliling kita, fenomena-fenomena yang buruk bahkan hina, itulah sifat yang sebenar-benarnya yang menjadi ‘bahan-baku’ manusia.
Perbuatan tipu-menipu, Korupsi, bahkan berjamaah tanpa rasa malu apalagi takut. Bahkan media turut memberi lahan yang luas untuk dapat menggelar dan mempertontonkannya secara spektakuler. Para penjahat ini tanpa canggung, tersenyum bahkan melambai-lambaikan tangannya ketika sadar disorot oleh kamera.
Para pengacara juga turut diuntungkan dengan maraknya kasus ini; tanpa risi mereka mencari celah-celah hukum untuk mencari pembenaran atas klien yang membayarnya. Kalau bisa kliennya bebas dari segala tuntutan yang menjeratnya.
Tak kalah cerdiknya kerja polisi dan jaksa dalam memilah-milah perkara mana yang “basah” dan kasus mana yang “kering”. Tentu saja media juga mengambil keuntungan peristiwa mana yang punya nilai jual tinggi dalam rangka menaikan “rating” nya.
Semua ini semakin mempetegas, bahwa Allah menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk, bukan dari cahaya atau api.
Banyak para ahli mereka-reka hipotesa, bahwa korupsi berakar dari minimnya tingkat kesejahteraan, sehingga mereka tergoda untuk korupsi. Saya termasuk orang yang tidak percaya pada hipotesa ini; faktanya sebagian besar pelaku korupsi adalah mereka yang penghasilannya jauh di atas rata-rata penghasilan yang wajar. Sementara di akar rumput mereka hanya bisa korupsi “waktu” yang secara moral tetap saja tidak benar.
Bicara tentang moral, hanya para malaikat yang terbuat dari cahaya yang memilikinya, mereka yang terbuat dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk, apakah juga pantas untuk memilikinya ?.
Dalam Kitabullah diceriterakan ada satu kaum yang memiliki nafsu besar yang konstan, di mana muara nafsu itu adalah nafsu untuk terus hidup dan berkuasa dikarenakan kecintaannya yang begitu lebay kepada kehidupan (dunia; dibaca materialisme). Mereka adalah kaum Yahudi, seperti secara gamblang dituliskan dalam surat Al_Baqarah ayat 96 (QS 2:96):
“ Sungguh akan engkau dapati mereka itu (kaum Yahudi) serakus-rakusnya manusia terhadap kehidupan, bahkan lebih rakus daripada orang musyrik. Salah seorang dari mereka sangat ingin diberi umur seribu tahun…”.
Karena pemimpin kita tidak lagi berkiblat ke Qiblatullah, tetapi selalu meniru dan mencontoh negeri adikuasa yang diarsiteki dan dikuasai para Yahudi itu, tidak heran bila yang dahulu diceriterakan di dalam Kitabullah sekarang terjadi di sini, di negeri kita sendiri.
Media yang menjadi pilar ke-empat kehidupan pun juga sudah menjadi corong para Yahudi, kebudayaan ala Yahudi secara latent telah diselundupkan ke dalam kehidupan bangsa ini dan disosialisasikan seakan menjadi bagian dari budaya sendiri, semisal acara ulang-tahun, Valentine’s Day, Haloween dan sebangsanya.
Maka apabila ceritera yang ditamsilkan dan atau dikisahkan dalam Kitabullah dalam setting waktu dahulu, hari ini cerita itu telah terjadi di tengah-tengah kita, di dalam bangsa kita sendiri.
Lebih menyedihkan lagi, tatkala membaca berita bahwa para Kyai, yang seharusnya menjadi panutan ummat, turut menikmati uang hasil korupsi, audzubillahimindzaliq …
Ribuan bahkan ratusan ribu Nabi telah Allah turunkan, termasuk ratusan Rasul untuk ‘mengawal’ keputusanNya dalam menciptakan manusia. Toh, “ keonaran dan pertumpahan darah ” terus saja terjadi sampai hari ini. Akar masalahnya selalu sama ketamakan dan haus kekuasaan.
Raga manusia memang termasuk dalam derajat terendah, tapi saya percaya ruh manusia termasuk ke dalam derajat tertinggi.
Karena kelembutan Illahi dan kebijakan Allah yang dibisikkan ke dalam relung rahasia dan misteri malaikat dalam peristiwa penciptaan manusia (QS 2:30):
“ …Sesungguhnya aku tahu apa yang kalian tidak ketahui.”
Hikmah yang terkandung dalam hal ini adalah bahwa manusia mesti mengemban amanat pengetahuan tentang Allah. Oleh karena itu, mereka harus mempunyai kekuatan dalam dua dunia ini untuk mencapai kesempurnaan, sebab tidak sesuatupun di kolong langit ini yang mempunyai kekuatan yang mampu mengemban beban amanat. Mereka memiliki kekuatan ini melalui esensi sifat-sifat ruhnya bukan melalui raganya.
Mudah-mudahan Allah dengan kuasaNya dapat mengingatkan mereka yang tengah mabuk dalam kekuasaan untuk segera kembali pada fitrahnya, apabila tidak ingin kelak abadi dalam neraka jahanam.
No comments:
Post a Comment