Sunday, February 6, 2011

Do Not Forget to Remember - STM I DKI Jakarta 1970


The period of initiation.

This song is hard to lose in my memory, because this song is sung repeatedly by a fellow prospective students when a period of initiation in the  STM 1 DKI Batch1970.

Sorry I've forgotten the name of this friend, I hope someday I can remember him again, his voice of a friend who seems to activists in the church choir is great, if at that era IMB (Indonesia Seeking Talent), already exists, we would have encouraged him to participate that event. Our Senior pleased "punish" him just want to hear the amazing voice.

The period of initiation in that era was still  "cruel", but not to physical harm. Drink fish oil, or noodles that are mixed levertran as an ordinary menu. Rolling on the floor full of grease or oil should we passed with sincerity. One of the senior with fat-body which I still remember is Bung Gento (later I got information, he has offices in Dinas Perhubungan Darat in the Bus Terminal Pinang Ranti and Kampung Rambutan). But there is also a Senior who "protector" such as Bung Reindhart, he is very mature and often reminding his friends when there is too excessive.

Principal and Teachers.

When I entered, the principal is held by Mr. Rahman. The period was hard times, the school had just run a few years and just began to grow . As I remembered there was an existing third class, but we do not have any equipments nor workshop for practice and should be "boarded" in the STM Kampong Java. At that time our seniors "provoke the Junior" to held a demo to  headmaster, demanding procurement of equipments and practices have their own workshop. As a Junior though sometimes we think just feel sorry for Mr. Rahman is already old "pressured" by his students who fiercely.

But those demonstrations was worked, equipments and machineries began to arrives. Consequently at the time of my force, no longer practices in STM Kampong Java. Welding machines that had made us "Belek" and lathes are available. Other machines are phased complement our workshops. Similarly to the Department of Electricity and Civil Buildings.

In my batch, we also witness the turn of the Headmaster Mr Rahman to Mr. Dasril Syam, he is a continuing effort Mr.Rahman to complete pack equipment needs practice in this beloved school.

Some teachers are still remain in my memory is a funny Mr.Djaelani Hadi, Mr. Andi Reynurth sports teacher. Mrs. Tomo is always serious and dignified. Mrs Halida Chanum was beautiful woman. Mr. Nusyirwan who then entered the active military. Mr. Anton who later became Dean of the Faculty of Engineering at the University of Pancasila. Unfortunately I've forgotten the name of others. Maybe someday there my classmates who could complete it.

Sports at Lapangan Banteng.

In my era. This school in the morning are used for ST. While STM school at noon-day. Sports lessons held at the Lapangan Banteng, which is partly used as a bus terminal. Field we use is the eastward field. While the swim events held at the Cikini Swimming Pool, which no longer exists.

Oh yes, one thing has not forgotten, one of my seniors, she was a student  of Electro -era women's soccer players were named Katherin, her club is renowned female soccer club at the time, a friend of one club with Mutia Datau goalkeeper pioneer woman of his era, under the group of Berita-Yudha’s newspaper.

Engage of gang fight.

“Tawuran”  that time there also. As I remembered, ever any fight with SMA Negeri 10 because the distribution of tickets for KAPPI Anniversary perceived unfair. The event was held at THR Lokasari  by night. In the tomorrow morning the SMA 10, attacked, glass windows are broken, the laboratory was shattered. They had closed several days for repairs.

Another "Opponent" is SMA Budi Mulia, the school of the "bourgeoisie" is often a target of "outrage" of our school, the reason may be just "envious" . Be understanding “envious” is sign of  unablelity.

Other schools are SMA Negeri 2, school of Candra Naya. Usually because it "offended". Understandably feeling "the marginalized", that always very  sensitive. The issue of abusive school attributes, such as stepping on the issue of beret is most often used as an excuse to attack the other schools.

Anyway we always have a good reason for the engage in gang fight. This often makes Mr. Dasril Syam be all-wrong.

Friends.

At my age, there are only 3 departments, namely: Mechanical Engineering, Electrical and Civil Buildings.
My close friend which I still remember them: Ambrosius son of Ambon live in Kwini, Rahmat kribo who often traveling and do not hesitate to sleep in police stations, (his father was a mechanic of Garuda so often can be a free ticket), Rizwan Azwar (his father was a member of PolAirud ) later he was one of the Marconist on Pelni’s ship.  

Sutarto, friends alike with Rizwan Azwar practices in ship of Pol-Airud, ever met in the bank, he worked at Mitsubishi Tiga Berlian, now he is already hajj. 

Julius Caesar Mandik, last met as a Packaging Hall Manager at Delta Indonesia. Parno he is a Nganjuk boy met as the Head Mechanic at the Central Workshop in Ciracas Jakarta Fire Department.  

R. Sukandi boy of Sukabumi and Jojo (Just called name, the name is actually pretty cool but I forgot) those boys from Komseko Glodok had worked in Hotel Jayakarta. Later Jojo has own business  across the Hotel Mulia Senayan as planters, unfortunately I have not had a chance to meet him.  

Martha-Jaya he is a cousin of Ponco Sutowo, last met as one staff at maintenance in  Dock of Pertamina Dumai.  Mohammad Ali, last met as a private assistant of LKBN Antara Chairman.

Other names that I still remember a long time but do not meet them, Endang Mustafa, the son of Tasikmalaya. Syahdinoor Jambi’s boy, David's son of Teluk Gong, Sunarto, Achmad Sutarya and many other names that have been forgotten. I still hope one day can still be met with those of them also other friends.

Prayer and hope.
 
Through this simple article, I would like to invite all my friends to say their prayers to God Almighty, may soul of teachers who have preceded us, who have shared knowledge with us, get the best place with Him. Also pray for friends who have been facing the Creator may God forgive their sins and mistakes.
 
We are which still given the chance to live up to this time, hopefully still be useful for others and make us all Khusnul khatimah.

To all younger alumni and a students which are still studying in this school, stay focused and consistent on your goals that you want to accomplish. Mandatory law tried it, though in the end God step that determines the outcome.
 
To friends and younger sisters or brothers that want to add or complete this nostalgic story will be greatly appreciated.



Indonesian says:

Masa perpeloncoan.

Lagu ini sulit hilang dalam ingatan saya, karena lagu ini berulang dinyanyikan oleh seorang teman sesama calon siswa ketika menjalani masa perpeloncoan di STM 1 DKI angkatan 1970. 

Maaf saya sudah lupa nama teman ini, mudah-mudahan suatu saat saya bisa mengingatnya kembali, suara kawan yang nampaknya aktivis paduan suara di gereja ini bagus sekali, andaikata pada saat itu sudah ada IMB (Indonesia Mencari Bakat), kami pasti sudah mendorongnya untuk ikut acara tersebut. Senior kami senang “menghukumnya” agar bisa mendengar suaranya yang mengagumkan itu.

Masa perpeloncoan di jaman kami masih termasuk “kejam”, tapi tidak sampai mencederai fisik. Minum minyak ikan, atau mie yang dicampur levertran adalah menu biasa. Bergulingan di lantai yang penuh olie bekas harus kami lewati dengan ikhlas. Salah satu senior berbadan tambun yang masih saya ingat adalah Gento (belakangan saya dapat informasi, beliau dinas di Dishub-DKI dan pernah ditugaskan di Terminal Bus Pinang Ranti dan Kampung Rambutan). Namun ada juga Senior yang “pelindung” seperti Bung Reindhart, beliau sangat dewasa dan sering mengingatkan teman-temanya bila ada yang lebay.

Kepala Sekolah dan Guru-Guru.

Ketika saya masuk, Kepala Sekolah dijabat oleh pak Rahman. Masa itu masa-masa sulit, sekolah baru saja berjalan beberapa tahun dan mulai berkembang. Seingat saya sudah ada kelas 3, tetapi kami belum memiliki perlengkapan/bengkel praktek sehingga harus “menumpang” di STM Kampung Jawa. Pada jaman itu para senior kami “memprovokasi para Junior” untuk mendemo kepala sekolah, menuntut pengadaan perlengkapan praktek dan punya bengkel sendiri. Sebagai Junior kami menurut saja walau terkadang kasihan pada pak Rahman yang sudah sepuh “ditekan” oleh muridnya yang garang.

Tapi demo-demo tersebut membuahkan hasil, peralatan dan mesin mulai berdatangan. Alhasil pada waktu angkatan saya, tidak lagi numpang praktek di STM Kampung Jawa. Mesin las yang sempat membuat kami “belek” dan mesin bubut sudah tersedia. Mesin-mesin lain secara bertahap melengkapi bengkel kami. Demikian juga untuk jurusan Listrik dan Bangunan Sipil.

Angkatan kami juga menjadi saksi pergantian Kepala Sekolah dari pak Rahman kepada Pak Dasril Syam, beliau ini yang melanjutkan usaha pak Rahman melengkapi kebutuhan perlengkapan praktek di sekolah tercinta ini.

Beberapa orang guru yang masih menempel di memori saya adalah pak Hadi Djaelani yang lucu, pak Andi Reynurth guru olah-raga. Bu Tomo yang selalu serius dan berwibawa. Bu Halida Chanum yang cantik. Pak Nusyirwan yang kemudian masuk militer aktif. Pak Anton yang kemudian jadi Dekan Fakultas teknik di Universitas Pancasila. Sayang saya sudah lupa nama lain-lainnya. Mungkin suatu saat ada teman seangkatan saya yang bisa melengkapinya.

Olah Raga di Lapangan Banteng.

Pada jaman saya. Sekolah ini di pagi hari digunakan untuk anak-anak ST. Sedangkan STM sekolah pada siang-harinya. Pelajaran olah-raga diselenggarakan di Lapangan Banteng, yang sebagian digunakan sebagai terminal bus. Lapangan yang kami gunakan adalah lapangan yang disebelah Timur. Sementara kegiatan olah-raga berenang diselenggarakan di Kolam Renang Cikini, sekarang sudah tidak ada lagi.

Oh ya, satu hal yang tidak terlupa, salah satu senior saya, ada siswi bagian Elektro yang merupakan pemain sepak bola wanita jaman itu, namanya Katherin, klubnya adalah klub sepakbola wanita terkenal pada waktu itu, teman satu klub dengan Mutia Datau pelopor penjaga gawang wanita di jamannya, di bawah grup surat kabar Berita Yudha.

Tawuran.

Jaman itu tawuran sudah ada juga. Seingat saya, pernah ada tawuran dengan SMA Negeri 10 karena pembagian tiket HUT KAPPI yang dirasakan tidak fair. Acaranya di selenggarakan malam hari di THR Lokasari. Besok paginya sekolah SMA Negeri 10, kaca dan ruang laboatorium dibuat berantakan. Mereka terpaksa diliburkan beberapa hari untuk perbaikan.

“Lawan” lainnya adalah SMA Budi Mulia, sekolah para “borju” ini kerap jadi sasaran “kemarahan” sekolah kita, alasannya mungkin cuma “sirik” aja kali ya (?). Maklum sirik kan tanda tak mampu.

Sekolah lainnya adalah SMA Negeri 2, sekolah Candra Naya. Biasanya karena “tersinggung”. Maklum perasaan “kaum marjinal” khan sensi. Isu melecehkan atribut sekolah, seperti menginjak baret adalah isu yang paling sering dijadikan alasan untuk menyerang sekolah lain.

Pokoknya kami selalu punya alasan yang “bagus” untuk  tawuran. Hal ini sering membuat Pak Dasril Syam menjadi serba-salah.

Teman-teman.

Pada jaman saya, hanya ada 3 jurusan, yaitu: Mesin, Listrik dan Bangunan Sipil. Teman satu jurusan dan satu angkatan yang masih saya ingat diantaranya: Ambrosius anak Ambon dari Kwini, Rahmat kribo yang sering berkelana dan tidak segan tidur di pos polisi, (ayahnya seorang mekanik Garuda jadi sering dapat tiket gratis), 

Rizwan Azwar (ayahnya seorang anggota PolAirud) belakangan beliau adalah Markonis di salah satu kapal Pelni. 

Sutarto, teman sama-sama praktek dengan Rizwan Azwar di kapal Pol-Airud, pernah ketemu di bank, beliau bekerja di Mitsubishi Tiga Berlian, sekarang sudah haji. 

Julius Caesar Mandik, terakhir ketemu sebagai Packaging Hall Manager di PT Delta Indonesia. 

Parno anak Nganjuk terakhir ketemu sebagai Kepala Mekanik di Bengkel Pusat Pemadam Kebakaran DKI di Ciracas. 

R. Sukandi anak Sukabumi dan Jojo (Cuma nama pangilan, nama sebenarnya cukup keren tapi saya lupa) yang anak Komseko Glodok pernah bekerja di Hotel Jayakarta. Belakangan Jojo jadi pengusaha tanaman di seberang Hotel Mulia Senayan, sayang saya belum punya kesempatan untuk menemuinya. 

Martha Jaya yang saudara sepupu Ponco Sutowo, terakhir ketemu sebagai salah satu staaf maintenance di Dok Pertamina-Dumai. Muhammad Ali terakhir bertemu sebagai asisten pribadi kepala LKBN Antara (Mr. August Marpaung)

Nama-nama lain yang saya masih ingat tapi sudah lama sekali tidak berhubungan diantaranya, Endang Mustofa, anak Tasikmalaya (satu kabupaten dengan ibu saya). Syahdinoor anak Jambi, Daud anak Teluk Gong, Sunarto, Achmad Sutarya,  dan masih banyak nama lain yang sudah lupa. Saya masih berharap suatu hari nanti masih bisa ketemu dengan teman-teman lainnya.

Do'a dan harapan.

Melalui tulisan sederhana ini, saya ingin mengajak semua teman-teman untuk memanjatkan do'a ke hadirat Tuhan YME, semoga arwah guru-guru yang telah mendahului kita, yang telah berbagi ilmu pengetahuan dengan kita, mendapat tempat terbaik di sisiNya. Juga do'a untuk teman-teman yang telah menghadap Sang Pencipta semoga Allah mengampuni dosa dan kesalahan mereka.

Kita yang masih diberi kesempatan hidup sampai saat ini, mudah-mudahan masih bisa bermanfaat bagi sesama dan menjadikan kita semua khusnul khatimah.

Adik-adik alumni maupun yang masih menuntut ilmu di sekolah ini, tetaplah fokus dan konsisten pada cita-cita yang ingin kalian capai. Berusaha itu hukumnya Wajib, meski pada akhirnya Tuhan jualah yang menentukan hasil akhirnya.

Kepada teman-teman dan atau adik-adik yang berkenan menambahkan dan atau melengkapi cerita nostalgia ini akan sangat saya hargai.


No comments:

Post a Comment