Tuesday, June 7, 2011

Kisah Tentang Keluarga nan Besar, Iing Suwarli's Family

Silsilah Keluarga ini dimulai dari  Eyang Ilhasan yang menikah dengan Eyang Enoh (E di sini dibaca e seperti kita melafalkan Ember).

Pasangan ini melahirkan 10 anak, 4 laki-laki dan 6 perempuan, yaitu:
1.    Rumsiah  (perempuan) yang kemudian menikah dengan Sudinta;
2.    Achnari  (laki-laki) menikahi Empok (E di sini dibaca seperti kita melafalkan  Empuk); mereka berdua yang kemudian jadi leluhur kita;
3.    Suhardja (laki-laki), pasangannya belum tercatat;
4.    Djamhari (laki-laki), kemudian menikah dengan Lantri;
5.    Endjoh (perempuan), menikah dengan Irda;
6.    Eri  (perempuan) menikah dengan Tanu;
7.    Di’ah (perempuan), menikah dengan Suhadma;
8.    Elom (perempuan), menikah dengan Suraedji;
9.    Dori  (laki-laki)) menikah dengan Eng… (Manuskrip tidak terbaca jelas);
10.  Iya  (perempuan) menikah dengan Djanudi.

Achnari dan Empok leluhur kita ini mempunyai 6 orang anak, 3 perempuan dan 3 laki-laki, yaitu:
1.    Ami (perempuan) yang kemudian dinikahi oleh Tahimi, dikaruniai 7 orang anak;
1.1  Iwi (almh) menikah dengan Udin, tidak dikaruniai  keturunan;
1.2  Itjoh, dari pernikahannya dengan Dayat, lahir …..; sementara dari Rukanda …..;
1.3  Enang, menikah dengan Isu Suwamah, lahir anak-anak ….;
1.4  Engkur, menikah dengan Enah ….;
1.5  Maman, menikah dengan Mimin ….;
1.6  Yono, menikah dengan Siti …..;
1.7  Idoh, menikah dengan Endan …;

2.    Iding (laki-laki) menikah dengan Djodjoh, dikaruniai 5 orang  keturunan;
2.1  Oon (perempuan) menikah dengan ……;
2.2  Ujang Umar …..;
2.3  Entin ….;
2.4  Totoh …;
2.5  Zainal Mutaqin ……;

3.    Edah (perempuan) yang dinikahi oleh Syafri, dikaruniai  7 orang anak;
3.1   Dadang (alm) meninggal sebelum sempat berkeluarga;
3.2   Mimik …;
3.3   Eha (almh) …;
3.4   Endin ….;
3.5   Gozali …..;
3.6   Yoyoh ….;
3.7   Agus …..;

4.    Uwon (laki-laki) menikah dengan Djuwa, dikaruniai 4 orang anak;
4.1   Onih (perempuan) menikah dengan Dumang ….;
4.2   Wati (perempuan) ….;
4.3   Nana (laki-laki) ….;
4.4   Kokoy (perempuan) ……..;

5.    Entar Yayah (perempuan) dinikahi oleh Muhammad Ali Bey, hanya dikaruniai 1 orang  anak saja; lihat photo di "Alboem Keloearga Jaman Doeloe"
5.1 Mustafa Bey  menikah dengan Ernawati; dari pernikahan ini dikaruniai 4 anak perempuan dan 1 anak laki-laki;
5.1.1 Mustikawati, menikah dengan …..
5.1.2 Nurfitria ……;
5.1.3 Ade Farida …..;
5.1.4 Muhammad Rizki ……
5.1.5 Putri Nuraeni ……;

Pada tahun …… Ernawati meninggal dunia karena sakit. Mustafa Bey menikah lagi dengan Surtika anak dari Iing Suwarli.

     6.Iing Suwarli (laki-laki), anak bungsu yang kemudian menikah dengan Sa’adah, pasangan paling produktif,   
     dikaruniai 11 orang anak, 2 diantaranya meninggal ketika dilahirkan.

Iing Suwarli dan Sa’adah, melahirkan anak-anak sebagai berikut:

1. Endang, lahir di RS Bersalin Pintu Besi Jakarta (sekarang Jl. Samanhudi, RS itu jadi Puskesmas Rujukan di Jakarta Pusat), pada waktu itu tinggal di rumah sewa di Kepu Dalam masuk wilayah Kemayoran.

Mulai masuk sekolah pertama di SD Pembangunan Masyarakat di Gunung Sahari 7 Dalam, kemudian karena rumah pindah ke daerah Ampera_Gunung SahariAncol, sekolahpun pindah ke SD Triwibawa di Jl. Rajawali Selatan.

Sekolah di Jakarta hanya sampai kelas 3 SD, karena setelah itu seluruh keluarga boyongan ke Singaparna-Tasikmalaya. Menyelesaikan sekolah dasar di SD Arjasari, lalu SMP Negeri 1 Singaparna. 

Selama menempuh SMP, tinggal di rumah kakak bapa (Uwa Yayah) yang jaraknya kurang lebih 4 km ke sekolah di kota Singaparna. Jarak itu, pulang dan pergi ditempuh dengan berjalan kaki. Sesuatu yang sama-sekali bukan hal yang luar biasa pada jaman itu. Sesekali ada juga kusir delman yang baik-hati mengajak naik, biasanya pada waktu pulang.

Kisah lebih lengkap silahkan ikuti di : Sulung yang selalu dituntut jadi Pioneer .....

2. Memed, lahir di ………. Awalnya sejak usia 2 tahun dirawat dan dibesarkan oleh Uwa Kiyoh (almarhumah), setelah menyelesaikan sekolah menengah pertama di Panjalu, kemudian ‘bergabung’ kembali dengan saudara-saudara sekandung lainya dan melanjutkan ke sekolah kejuruan di Jakarta, memilih teknik-sipil. (Kalau mau lihat photonya klik "Alboem Keloearga Jaman Doeloe"

Dengan berbekal pengetahuan teknik-sipil, Memed muda memulai karirnya di sebuah perusahaan perkebunan milik salah-satu konglomerat jaman itu, Probosutedjo  yaitu PT Condong Garut yang membuka areal perkebunan di daerah Selatan Garut.

Bermodal pengalaman lapangan dari PT CG, ia melanjutkan karirnya di sebuah perusahaan kontraktor milik BUMN besar, PT Widjaya Karya yang memberi kesempatan Memed muda merantau ke berbagai wilayah di Indonesia untuk menyelia proyek-proyek yang dikerjakan PT Widjaya Karya.
Menikah dengan Nia Suniasari, orang ‘sekampung’; dari pernikahannya mereka dikarunia anak-anak sebagai berikut:
            2.1   Ika …..; (menunggu keterangan lebih lengkap)
            2.2   Dini …..;
            2.3   Novi ….;
            2.4   Rizal ….;
Alhamdulillah, pasangan Memed dan Nia Suniasari ini sudah sempat menunaikan ibadah haji pada tahun ……., merupakan pasangan pertama dalam keluarga bapa Iing Suwarli yang sudah berhaji;

    3. Ateng Rohana, lahir di Jakarta, 10 Juli 1957. Waktu itu tinggal di rumah di Gg. Kran, masih wilayah Kemayoran, tidak jauh dari Bandar Udara Internasional waktu itu.(Photonya ada di "Alboem Keloearga Jaman Doeloe")

Sempat sekolah dasar di SD Arjasari, tetapi kemudian diselesaikan di Jakarta. SMP di Karanganyar (SMP Negeri 34), lalu sekolah kejuruan teknik-jurusan listrik.

Walau sempat bekerja di lingkungan manufaktur, tetapi panggilan jiwanya lebih ke dagang, Ateng muda lebih memilih mendalami pemasaran dan bisnis sebagai jalan hidupnya ketimbang teknik-listrik yang dipelajari di sekolah kejuruan sebelumnya.

Setelah beranjak dewasa nama lengkap di lingkungan kerja, Hendya Rahanna, menikah dengan Titin Kartini (3 September 1961) dikarunia 3 orang anak yang semuanya laki-laki, yaitu:
3.1 Rizqy Caessariant Verdy (19 April 1985), menikah dengan Yovi ….;(menunggu konfirmasi lengkap)
3.2  Evans Apriant Nugraha (15 April 1987), menikah dengan …..;
3.3  Nico Fithra Trisakti (5 Maret 1994) ……..;

4.Tatang,terlahir di Jakarta sebagai Tatang Kohar, tetapi karena dengan nama ini sering sakit-sakitan, konon kata orang pintar yang tinggal di daerah Bungur-Kemayoran (dulu ada stasiun bus antar-kota) nama Kohar terlalu berat disandangnya, kemudian nama Kohar ditinggalkan. Kelahirannya dipenuhi catatan sedih. Waktu itu kami tinggal di Gunung Sahari 7 (Dalam), Bapa sakit keras cukup lama dan parah (maklum akses ke dokter  masih minim), kami semua merasa tertekan, terutama Emak tentunya.(Photo saudara laki-laki nomor 4, bisa dilihat di "Alboem Keloearga Jaman Doeloe").

Sekolah dasar di Singaparna dan diselesaikan di Jakarta. Memilih sekolah kejuruan teknik-mesin, di sekolah yang sama dengan kakak-kakak pendahulunya.

Setelah dewasa nama yang dicatatkannya adalah Tatang Hendra Asmita, menikahi orang Bogor, Ninin Hasanah yang kemudian Allah mengkarunia mereka dengan 3 orang anak dari 2 kali peristiwa melahirkan, waktu melahirkan yang kedua kalinya mereka dikaruniai sepasang anak kembar,
4.1   Adyanti Rahmarina
4.2   Dhika ……;
4.3   Anindya ….;

5.Surtika, anak perempuan pertama yang sangat diharapkan bapa, lahir di Jakarta_tepatnya di daerah Ampera, Gunung Sahari Ancol (kemudian jadi Pademangan Barat), kawasan pemukiman baru yang berkembang dari lahan rawa tempat pembuangan limbah padat yang jaman itu disebut Veldbak.

Di sini kami tinggal di rumah sendiri dengan ukuran cukup besar pada jaman itu. Yang membangun rumah saudara laki-laki bapa (Uwa Iding alm. dan Uwa Uwon, keduanya sangat berjasa).

Sebagai kawasan pemukiman baru, rumah masih jarang, jarak dari satu rumah ke rumah lainnya harus melewati pematang rawa dan empang. Tidak heran warga saling bertegur sapa dengan saling berteriak karena jarak antara satu rumah dan lainnya terpisah cukup jauh.

Jalan yang sudah diuruk dengan limbah dari pabrik korek-api Java Match memberi sensasi tersendiri bagi mereka yang melewatinya, seperti berjalan ‘di atas awan’, tidaklah heran bila ada orang terperosok bila menginjak lapisan jalan belum terlalu ‘padat’.

Belum lama berselang setelah menempati rumah ini, ada peristiwa nasional yang menghebohkan, yaitu penembakan istana presiden oleh Maukar dengan pesawat Mig 17. Tidak ada yang terluka dalam peristiwa itu.

Surtika dibesarkan dan sekolah di Jakarta.  Menikah dengan laki-laki asal Rajapolah-Tasikmalaya, bernama Apip. Dari pernikahan mereka lahir:
5.1   Andri ……;(menunggu keterangan lebih detil);
5.2   Hendrik …..;
5.3   Dewi …..;
5.4   Nurul Inayah ….;

Surtika mengalami sakit berkepanjangan sejak tahun .... dan kemudian meninggal dunia dan dimakamkan di Rajapolah. (Photo almarhumah ketika masih gadis bisa di lihat di "Alboem Keloearga Jaman Doeloe")

6.Jajang Suandhy (13 Januari 1965), lahir di (Pereng) Singaparna-Tasikmalaya_pada jaman ‘werit’; ekonomi keluarga sedang menukik berada di titik terendah. Ibu Pertiwi sedang sakit keras, makanan sulit di dapat, suasana politik memanas, kampanye PKI sangat gencar di mana-mana.

Karena bapa ‘usaha’ di Jakarta dan pulang hanya bisa pulang waktu tertentu saja, kelahirannya ‘dijagai ‘anak pertama. Sampai pada pemberian nama. Nama depan Jajang diberikan sebagai apresiasi pada figure pemain sepak-bola dari kesebelasan PERSIB pada waktu itu.

Sekolah di Jakarta. Memilih jalur berbeda dengan saudara-saudara tua yang mengambil sekolah kejuruan, Jajang muda lebih memilih ke sekolah menengah umum; yang kemudian mengantarnya ke dunia pendidikan dengan menetapkan diri sebagai pendidik.

Menikah dengan blasteran Padang-Palembang kelahiran Jakarta, Elly Putriandari (Jakarta 28 Juni 1965). Pernikahannya dikaruniai 2 anak kesemuanya laki-laki,
6.1   Akbar Jananuragadi Suandhy (Depok 16 Oktober 1991)…..;
6.2   Zulfi Atsiil Suandhy (Depok 12 September 1997) …….;
(Beberapa photo saudara laki-laki nomor 6 ini bisa di lihat di "Alboem Keloearga Jaman Doloe")
7.Titik Juwita, lahir sebagai bayi premature di (Pereng) Singaparna-Tasikmalaya. Seperti halnya saudara ke-enam, urusan paraji sampai pemberian nama dilakukan kakak-pertama. Nama depan mengambil nama depan Titik Puspa yang popular saat itu. Karena tidak tersedia incubator, Ita kecil tidur diapit dua buah botol kecap besar yang diisi air panas dan di bungkus dengan kain. Sekolah kejuruan di Jakarta. Kemudian menikah dengan Mustafa Bey, dari pernikahannya lahir:
7.1   Hadi …….; (menunggu kelengkapan data).
(Photo waktu masih gadis ada di "Alboem Keloearga Zaman Doeloe")
 
8.Nanin Mulyani, lahir di (Pereng) Singaparna; adik perempuan ini juga lahir dalam suasana prihatin. Pernah mengalami sakit serius, sementara akses ke dokter masih minim, manteri kesehatanpun hanya ada di kecamatan. Diobati oleh orang 'pintar' yang me'resepkan-obat' agar Nanin kecil diberi makan daging Marmut. Sejak saat itu kami mulai berkawan dengan Marmut yang beranak-pinak cepat sekali. Entah memang manjur atau kebetulan semata ternyata 'resep'nya okey, penyakit Nanin kecil sembuh sampai saat ini belum pernah membaca jurnal-kesehatan yang menjelaskan hubungan penyakit yang sempat diderita Nanin dengan khasiat daging Marmut tersebut.

Nama Nanin terinspirasi penyanyi yang sedang naik daun kala itu, Nanin Sudiar. (Photo Nanin ada di "Album Keloearga Jaman Doeloe"). Nanin sekolah di Jakarta, sekolah kejuruan yang dipilihnya adalah Tata Busana.
Nanin adalah saudara yang paling besar jasanya dalam merawat emak yang sakit berkepanjangan, mudah-mudahan dia selalu tabah, tawakal dan ikhlas, semoga Allah mencatatkan apa yang dilakukannya selama ini menjadi bagian dari ibadahnya.

9.  Almarhum (Bayi Laki-laki).

10. Dedi Mulyadi, (25 Desember 1972) lahir di RS milik Yayasan Ibu Adam Malik yang berlokasi di Jl. Pemandangan-Gunung Sahari Ancol. Waktu itu suasana Ampera jaman Surtika kecil yang masih banyak rawa sudah jauh berubah semakin padat dan sudah tersentuh proyek Husni Thamrin. 
      
      Dibesarkan dan sekolah di Jakarta. Memilih arsitektur sebagai jalan-hidupnya. (Photo wisuda dan photo lainnya ada di "Alboem Keloearga Jaman Doeloe').
      
      Kemudian menikah dengan Visca Arsianti (kelahiran Jakarta 21 September 1974) ….;

11. Almarhum (Bayi Laki-laki).

No comments:

Post a Comment